Sabtu, 11 Januari 2014

Konversi ß-Karoten menjadi Vitamin A

Solusi Kekurangan Vitamin A : Konversi  ß-Karoten menjadi Vitamin A pada Jeruk Keprok 



Kekurangan vitamin A di dunia Barat hampir tidak tampak. Hal ini disebabkan karena sumber vitamin A sangatlah melimpah. Tapi kekurangan vitamin A tetap menjadi masalah besar di negara berkembang termasuk Indonesia. Kekurangan vitamin A sangat rentan bagi ibu-ibu menyusui dan bayinya serta anak-anak. Hubungan antara ibu menyusui dan bayinya berinteraksi pada kesehatan, pertumbuhan dan imunitas yang berkaitan dengan ketersediaan gizi terutama vitamin A, zat besi dan seng. Pertumbuhan anak dipengaruhi oleh faktor gizi dan faktor lingkungan Jadi, substansial efek pertumbuhan tidak hanya dari satu gizi  seperti suplemen vitamin A, kecuali mungkin dalam populasi di mana kekurangan vitamin A. Ditemukan bahwa suplemen sederhana vitamin A dapat meningkatkan pertumbuhan linier secara keseluruhan, tetapi efek yang mayoritas vitamin A pada anak-anak yang defisiensi.
 Pada tahun 1988, menurut WHO/FAO, sejumlah provitamin A dalam diet memiliki aktifitas vitamin A yang sama dengan 1 mcg retinol adalah 6 mcg ß-karoten atau 12 mcg provitamin A karotenoid lainnya. Efisiensi konversi ini disebut sebagai bioefficacy. Sehingga, 2 mcg ß-karoten dalam minyak atau 12 mcg ß-karoten dalam makanan memiliki aktifitas vitamin A yang sama dengan 1mcg retinol. US Institute of Medicine (IOM) dengan faktor konversi baru, mengusulkan agar 12 mg ß-karoten dalam diet memiliki aktifitas vitamin A yang sama sebagai 1 mcg retinol. Namun, dengan menggunakan tingkat konversi baru IOM, populasi di negara-negara berkembang tidak bisa mencapai kecukupan. Beberapa studi di Indonesia dan Vietnam menemukan bahwa sebanyak 21 mcg ß-karoten dalam diet campuran (dengan rasio sayuran untuk buah 4:1) aktifitas vitamin A yang sama sebagai 1 mcg retinol. Oleh karena itu, mengendalikan kekurangan vitamin A di negara-negara berkembang tidak hanya membutuhkan sebuah suplemen vitamin tetapi juga pendekatan berbasis pangan, termasuk fortifikasi makanan, dan pengenalan strain tanaman baru dengan peningkatan aktifitas vitamin A.
Provitamin A, khususnya β-karoten dalam buah dan sayuran, adalah sumber utama vitamin A (retinol) contohnya pada buah jeruk dan sayuran berdaun hijau. Menurut de Pee dkk (1998), tidak ada perbedaan gizi yang ditampilkan antara 2 sumber karotenoid provitamin A menjadi vitamin A. Hal ini ditunjukkan bahwa buah lebih efektif daripada sayuran dalam meningkatkan konsentrasi serum ß-karoten. Namun, konsentrasi serum ß-karoten bukan merupakan indikator yang akurat dari vitamin A.
Untuk mengurangi morbiditas, mortalitas dan kebutaan karena kekurangan vitamin A pada anak di negara-negara berkembang telah dicegah dengan pemberian suplemen vitamin A. Di Ethiopia telah dibuat suatu program pemberian kapsul vitamin A bagi anak-anak prasekolah yang dapat membantu melindungi anak-anak dari kekurangan gizi dan untuk mengurangi kematian balita di Ethiopia (Semba, dkk., 2008).
Saat ini, sekitar 250 juta anak prasekolah di dunia kekurangan vitamin A, dan 250 000-500 000 anak-anak itu buta setiap tahun. Dari anak-anak yang buta, setengahnya mati dalam waktu satu tahun. Kesadaran dari pihak internasional tentang peran vitamin A dalam meningkatkan dan menjaga kesehatan anak prasekolah sehingga selama puluhan tahun telah disediakan suplemen vitamin A bagi anak-anak prasekolah (Rotondi, dkk., 2010).
Secara umum, semua bayi dilahirkan dengan kebutuhan vitamin A yang rendah tergantung asupan ASI dari ibunya. Studi yang dilakukan di Bangladesh, India dan Indonesia telah menunjukkan penurunan di semua penyebab kematian (masing-masing 15%, 22% dan 63%) pada bayi yang menerima suplementasi vitamin A relatif terhadap kontrol. Pemberian vitamin A pada neonatus juga telah ditemukan secara signifikan untuk mengurangi diare dan demam (Rotondi, dkk., 2010).
Vitamin A DRI (Diet Referensi Intakes, rekomendasi diet terbaru yang ditetapkan pemerintah) untuk wanita dewasa rata-rata adalah 0.7mg (700μg) dan 0.9mg (900μg)  aktivitas retinol ekuivalen (RAE) untuk laki-laki. Aktivitas retinol ekuivalen sama dengan 1μg (mikrogram) dari retinol, 12μg beta-karoten (dibutuhkan 12 kali lebih banyak ß-karoten untuk menghasilkan efek yang sama), dan 24μg untuk karotenoid lain. Sedangkan menurut FAO (2004) dalam Burri (2011), aktifitas retinol ekuivalen sama dengan 12 μg beta-cryptoxanthin untuk makanan.
Solusi:
Jeruk keprok mengandung karotenoid yang membentuk vitamin A. Kekurangan dari vitamin A umumnya di selatan Asia dan Afrika, yang dapat menyebabkan kebutaan dan lebih dari satu setengah juta terjadi kematian setiap tahun. Suatu studi menjelaskan potensi jeruk keprok  untuk mencegah kekurangan vitamin A  di seluruh dunia. ß-karoten lebih baik diserap dari buah jeruk dan berdaun hijau (De Pee dkk. 1998). Penelitian terbaru telah menyarankan bahwa makanan kaya ß-cryptoxanthin, seperti jeruk keprok dan jeruk, merupakan sumber yang baik.
Menurut Burri (2011), perkiraan kandungan karotenoid standar dalam 100 g jeruk keprok antara lain 13 mg ß-karoten, 4.2 α-karoten dan 34 mg ß-cryptoxanthin. Untuk kalengan dan perasan mengandung 30 mg ß-karoten, 5.5 α-karoten dan 64 mg ß-cryptoxanthin.
Tabel 1. RDA untuk vitamin A (RAE)
Subyek
umur
Laki-laki : μg/hari
Perempuan : μg/hari
Bayi
0-6 bulan
400
400
Bayi
7-12 bulan
500
500
Anak
1-3 tahun
300
300
Remaja dan dewasa
14-18 tahun
900
700
Ibu hamil
19 tahun keatas
-
770
Ibu menyusui
18 tahun
-
1200
Sebagai contoh diketahui 100 gram jeruk keprok (standar) mengandung 34 mg ß-cryptoxanthin. Kebutuhan anak akan vitamin A adalah 300 μg RE perhari dan ibu menyusui 1200 μg RE perhari. Penyelesaian :
1.  Anak
34 mg ß-cryptoxanthin /100 g jeruk jeprok = 34000 μg ß-cryptoxanthin /100 g
Untuk 1 g bahan = 340 μg ß-cryptoxanthin
300 μg RE x 12 μg ß-cryptoxanthin = 3600 μg ß-cryptoxanthin
Maka untuk memenuhi kebutuhan bahan  per hari diperoleh dari 3600 μg ß-cryptoxanthin / 340 μg ß-cryptoxanthin  yaitu 10.58 g bahan.
2.  Ibu menyusui
34 mg ß-cryptoxanthin /100 g = 34000 μg ß-cryptoxanthin /100 g
Untuk 1 g bahan = 340 μg ß-cryptoxanthin
1200 μg RE x 12 μg ß-cryptoxanthin = 14400 μg ß-cryptoxanthin
Maka untuk memenuhi kebutuhan bahan per hari diperoleh dari 28800 μg ß-cryptoxanthin / 340 μg ß-cryptoxanthin  yaitu 42.35 g bahan.
Kesimpulan : berdasarkan perhitungan di atas diperoleh 10.58 g bahan untuk memenuhi kebutuhan vitamin A anak per hari dan 42.35 g bahan untuk ibu menyusui. Jadi ibu menyusui membutuhkan 4 kali lipat lebih banyak dari kebutuhan anak.
Daftar Pustaka
Rotondi, M. A., & Khobzi, N. 2010. Vitamin A supplementation and neonatal mortality in the developing world: a meta-regression of cluster-randomized trials. Bulletin of the World Health Organization, 88, pp. 697-702.
Anonim, 2010. Vitamin A and Your Health. [online] http://www.healthknot.com/vitaminA.html [accessed 17 Juli 2010].
Burri, B. J., Chang, J. S. T., & Turner, T. 2011. Citrus can help prevent vitamin A deficiency in developing countries. California Agriculture. 65 (3), pp. 130-135.
Semba, R. D., dkk. 2008. Coverage of the National Vitamin A Supplementation Program in Ethiopia. J Trop Pediatr, 54 (2), pp, 141-144.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar